Dibawah ini akan dipaparkan beberapa karakteristik guru.
4.4.1. Guru Teladan
Guru
harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala perkataan, perbuatan dan
prilaku. Guru harus selalu jujur, adil, berkata yang baik, dan memberi
nasihat serta pengarahan kepada anak didik. Dibawah ini adalah
langkah-langkah agar menjadi sosok guru teladan di mata para peserta
didik.
Jangan
hanya mendidik dengan kata-kata, namun yang lebih utama adalah contoh
sikap dari sang guru. Guru adalah contoh teladan. Contoh yang paling
efektif adalah contoh sikap, bukan hanya bicara. Guru akan sangat
dinilai sikap prilakunya oleh para siswa. Jika ingin para siswa suka
pada Anda, perbaiki lah sikap-sikap buruk Anda.
Menjaga
tutur kata dan bahasa. Mendidik lah dengan kelembutan dan
kebijaksanaan. Bukan kebengisan maupun kediktatoran. Manakah yang lebih
Anda sukai antara ditakuti dan disegani? Disegani lebih terhormat dari
pada ditakuti. Segan bisa muncul sebagai dampak dari kebijaksanaan
sikap-sikap Anda. Namun takut merupakan efek dari prilaku sebaliknya.
Jadilah
guru yang berprestasi. Jika Anda seorang pendidik, usahakan Anda
memiliki prestasi yang lebih baik dan dapat dibanggakan terhadap hal
yang Anda ajarkan. Misalkan Anda seorang guru seni, maka Anda juga
dituntut memiliki prestasi yang baik di dunia seni.
4.4.2. Guru Profesional
Menguasai
materi pelajaran dengan matang melebihi siswa-siswanya dan mampu
memberikan pemahaman kepada mereka secara baik. Guru harus memiliki
kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani proses mengajar, seperti
pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak melamun,
berpandangan jauh ke depan, cepat tanggap, dan dapat mengambil tindakan
yang tepat pada saat-saat kritis. Guru harus menguasai cara-cara
mengajar dan menjelaskan. Dia mesti menelaah buku-buku yang berkaitan
dengan bidang studi yang diajarkannya. Sebelum memasuki pelajaran, guru
harus siap secara mental, fisik, waktu dan ilmu (materi). Maksud
kesiapan mental dan fisik adalah tidak mengisi pelajaran dalam keadaan
perasaan yang kacau, malas ataupun lapar. Kesiapan waktu adalah dia
mengisi pelajaran itu dengan jiwa yang tenang, tidak menghitung tiap
detik yang berlalu, tidak menanti-nanti waktu usainya atau menginginkan
para siswa membaca sendiri tanpa diterangkan maksudnya, atau
menghabiskan jam pelajaran dengan hal-hal yang tidak ada gunanya bagi
siswa. Sedangkan maksud kesiapan ilmu adalah dia menyiapkan materi
pelajaran sebelum masuk kelas. Dia menyiapkan apa yang dikatakannya.
Sebiasa mungkin, dia menghindari spontanitas dalam mengajar jika tidak
menguasai materinya.